Jika ada sebuah daftar tentang film-film terbaik yang pernah dirilis oleh Korea, Oldboy sudah dipastikan masuk dalam daftar itu. Bahkan beberapa list yang tidak hanya menampilkan film terbaik Korea tapi juga film terbaik sepanjang masa juga memasukkan film yang disutradarai oleh Park Chan-wook ini seperti yang dilakukan oleh Empire Magazine saat menempatkan Oldboy di peringkat 18 dalam daftar "100 Film Terbaik Sepanjang Masa".
Film ini juga bisa dibilang menjadi tonggak kebangkitan perfilman Korea sehingga film-film rilisan negeri ginseng menjadi jauh lebih diperhitungkan. Tema balas dendam yang diusung Oldboy juga menjadi tren yang terus dibuat filmnya bahkan sampai saat ini.
Kisah dalam Oldboy sudah penuh misteri dilihat dari premis ceritanya. Seorang pria bernama Oh Dae-su (Choi Min-sik) tanpa alasan yang jelas diculik oleh orang yang tidak ia kenal. Dae-su disekap dalam sebuah ruangan mirip kamar hotel murahan tanpa tahu alasan dibalik penculikan tersebut. Setelah setahun berlalu ia mendapat kabar dari televisi bahwa istrinya tewas dibunuh dan Dae-su menjadi tersangka utamanya.
Usaha Dae-su untuk kabur juga tidak berjalan mudah, sampai 15 tahun berlalu ia tiba-tiba saja dibebaskan tanpa alasan yang jelas. Diculik tiba-tiba tanpa alasan dan setelah 15 tahun dilepaskan tiba-tiba juga tanpa alasan, Dae-su mencoba mencari identitas sang penculik yang juga telah mengambil keluarga Dae-su dari hidupnya.
Dalam pencarian tersebut ia bertemu dengan seorang gadis pelayan restoran bernama Mi-do (Kang Hye-jeong) yang membantunya. Dae-su dan Mi-do makin dekat dan akhirnya saling jatuh cinta. Disamping itu, penyelidikan Dae-su terhadap sang pelaku penculikan juga tidak mudah namun perlahan-lahan titik terang mulai ia dapatkan.
Setelah berbagai ujian fisik dan mental satu persatu misteri dan kejutan mulai didapatkan Dae-su dari pencarian yang ia lakukan.
Oldboy jelas sebuah film yang penuh dengan darah, kekerasan dan rasa sakit. Berbagai adegan sadis nan menyakitkan tersaji dalam film berdurasi dua jam ini. Tidak hanya kekerasan, adegan seks juga tersaji cukup gamblang meski tidak terlalu banyak diumbar. Pertanyaan yang sering muncul dalam film-film yang dibumbui adegan-adegan dewasa tersebut adalah "Perlukah itu semua?"
Jangan tanyakan pertanyaan tersebut pada film-film yang mengumbar gore untuk main-main macam filmnya Nishimura, tapi cukup banyak film yang bisa dibilang well-made memasukkan adegan sadis dan seksual tanpa motif yang berarti dan hanya sekedar untuk gimmick belaka. Saya tidak menyalahkan hal itu karena tidak bisa dipungkiri adegan-adegan tersebut mampu membuat film jauh lebih menghibur. Tapi rasanya akan jauh lebih berkesan jika semua itu bukan hanya tempelan belaka, dan Oldboy melakukan itu. Semua momen penuh kekerasan yang tersaji punya motif dan berguna untuk membangun suasana dan perasaan dalam film ini.
Apakah adegan cabut gigi, potong lidah sampai pembantaian dengan sebuah palu hanya menjadi tempelan tanpa arti? Tidak. Karena semua itu adalah sebuah eksplorasi sisi gelap seorang manusia yang menyimpan rasa dendam dan amarah luar biasa hingga menjadikannya sesosok monster.
Sebuah film akan menjadi makin bagus saat hal yang menyangkut detail seperti motif diperhatikan. Dalam film ini, justru motif adalah sajian utamanya. Tidak ada tindakan tak berarti yang dilakukan karakternya. Tindakan tanpa arti sering muncul untuk memudahkan plot-nya berjalan, tapi dalam Oldboy semua motif diperhatikan dan disajikan dengan baik hingga alur ceritanya nyaman untuk diikuti.
Tentu saja motif utamanya adalah balas dendam, apalgi yang anda harapkan dari sebuah film yang tergabung dalam sebuah trilogi bertajuk Vengeance? Namun yang ada dalam Oldboy bukan sekedar balas dendam karena terdapat begitu banyak kejutan dan rasa sakit dan kepedihan luar biasa didalamnya.
Bicara soal akting, tanpa mengesampingkan peran pemain lainnya, Choi Min-sik jelas yang paling menonjol dan luar biasa. Lihatlah transofrmasi yang terlihat jelas dari raut wajahnya dari awal hingga akhir film. Diawal kita akan melihat sosok Oh Dae-su yang seperti apa, lalu berubah bertahap saat ia disekpa selama 15 tahun, lalu bagaimana dia kembali berubah dan menjadi monster saat ia bebas, hingga akhirnya saat ia menemukan berbagai kenyataan pahit dalam semua kejadian yang menimpanya kita akan melihat berbagai perasaan campur aduk yang begitu nyata dari penampilannya di film ini.
Tidak terhitung berapa adegan yang menjadi memorable berkat akting hebat dan total yang ia lakukan. Mana yang paling berkesan? Adegan kegilaannya di masa penyekapan? Adegan makan gurita? Adegan pertarungan long take dalam sebuah lorong yang intens tersebut? Adegan menjelang akhir saat semua fakta terungkap? Atau ending yang menunjukkan close-up wajahnya? Susah untuk memilih karena semuanya luar biasa.
Untuk keseluruhan filmnya sendiri memang nyaris sempurna. Kekurangan mungkin akan terasa pada alurnya yang terkesan berusaha untuk ditampilkan dengan cepat tanpa banyak basa basi. Pilihan yang baik untuk menghindari durasi yang kelewat panjang, namun terasa ada beberapa momen yang terkesan tanpa penjelasan dan membuat penonton harus berpikir lebih keras untuk memahaminya. Tapi overall Oldboy adalah film yang tidak saja kelam dan keras namun juga indah dan cukup kental pula nuansa sureal-nya. Salah satu yang terbaik dalam perfilman Korea Selatan.
Ketika di release tahun 2003 lalu, Oldboy mendapat kirtikan positif dan sambutan meriah di Festival Cannes karena berhasil meraih Gran Jury Prize, film ini juga banyak meraih penghargaan Internasional lainnya. Oldboy yang merupakan adaptasi komik jepang karya Tsuchiya Garon (1996) ini merupakan salah satu dari trilogi berdarah di sebut-sebut sebagai “Vengeance Trilogies” karya Park Chan Wook, dari ketiganya Oldboylah yang paling berkesan di benak penontonnya.
Seperti halnya ciri khas film balas dendam korea ”Seorang laki – laki di kurung dalam ruangan tertutup tanpa sebab dan bla…bla…bla.., ia ingin membalas penderitaannya setelah keluar nanti“, tapi tunggu saja dan lihat bagaimana Chan Wook meramu elemen Surreal, Action, Gore, Last Waltz, dan Twist, masih ingat Clockwork Orangenya Stanley Kubrick ? ya! bisa dibilang seperti itulah film ini, begitu beraninya Oldboy memasukan tema yang sangat sensitif di telinga penonton.
Chan Wook begitu pintar menempatkan posisi penontonnya, dimana penonton diajak berpikir seperti Daesu dengan narasinya untuk mengetahui mengapa ia di kurung selama 15 tahun tanpa alasan yang jelas, serta kejutan demi kejutan yang di temukan oleh Daesu akan menusuk hati penonton yang lemah, ya! Film ini tidak saya sarankan buat para penonton yang lemah, apalagi dibawah umur karena film ini cukup disturbing.
Begitu berkesannya film ini, sinematografi dan editing Oldboy tidak kalah dari sinema Hollywood, bahkan film ini membuat para orang – orang Hollywood tertarik membuat remakenya. Salah satu adegan memorable di film ini salah satunya adegan perkelahian Daesu dengan para preman di sebuah koridor di sebut-sebut oleh para moviegoers sebagai salah satu adegan perkelahian terbaik sepanjang masa.
Park Chan Wook sukses menjadikan Oldboy sebagai salah satu film balas dendam terbaik sepanjang masa, dan Oldboy mempunyai shocking ending yang tidak bisa kita lupakan, terlalu sakit untuk diingat, terlalu gila untuk di bayangkan, memuakan penontonnya. Buat saya film ini begitu powerfull, mengaduk-ngaduk emosi kita kelevel extreme, dan inti yang sebenarnya adalah film ini berisi tentang kegundahan hati seorang manusia, dimana kata “cinta itu buta” memang benar adanya.
Download 177 MB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar